BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Salah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi sekolah pada umumnya adalah rendahnya mutu pendidikan.
Usaha peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis.
Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan
dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya
peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum yang
lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum
yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan
manusia yang berkualitas dan berkompeten.
Selain itu, mutu pendidikan
juga sangat ditentukan oleh pendekatan-pendekatan yang digunakan para guru
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam
menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat
membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan, serta terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah
menerima materi yang diberikan oleh guru apabila pendekatan pembelajaran yang
digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Adapun permasalahan
yang dihadapi siswa antara lain kemandirian dan kedewasaan yang lambat, ini
dilihat dari perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan tidak merespon
materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah,
ini dapat dilihat keinginan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah.
sehingga guru harus memotivasi terus menerus saat kegiatan belajar mengajar.
Menurut Muhibbin Syah (2004), pendekatan pembelajaran yang baik adalah
pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa,
sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MODEL PEMBELAJARAN
1.
Pengertian model pembelajaran
Model
Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Berikut adalah beberapa
pengertian model pembelajaran menurut beberapa ahli:
Agus
Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills :
“model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu”
Richard
I Arends : model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
MACAM
MODEL PEMBELAJARAN LENGKAP
Model Student Teams –
Achievement Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
1. Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jeniskelamin, suku, dll.).
2. Guru
menyajikan pelajaran.
3. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang satu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5. Memberi
evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model
Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
1. Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperhatikan /menganalisa gambar.
4. Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa,
guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang
dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu.
Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study
merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang
dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. perencanaan
b. Praktek
mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/
kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah
satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat
rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang
menunjang.
3.
Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di
kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4.
Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi
terlalui.
5.
Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga
didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6.
Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran
berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun
kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan
kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara
menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta
didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam
memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas
pekerjaan.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1)
Prinsip Kesaling-bergantungan,
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2)
Prinsip diferensiasi merujuk pada
dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman,
perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa
untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing
individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak
untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
3)
Prinsip pengaturan diri menyatakan
bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri.
Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka
menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan
solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat
pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memahami
latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara
seksama.
3. Mempelajari
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan
mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran
kontekstual.
4. Merancang
pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5. Melaksanakan
penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan
refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada
strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk
mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami,
Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari
observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan
mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Model
Pembelajaran Jigsaw
A. Pengertian
Jigsaw
adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini
keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok
asal dan kelompok ahli
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota
dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok
ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka
tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota
kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal
dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada
saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga
pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus
memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan
untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
B. Langkah-
Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya,
teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut
Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal
kegiatan pembelajaran
Persiapan:
1. Melakukan
Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke
Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2. Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok
membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli
yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari
masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang
telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali
ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan
tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian
penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai
prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam
evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi
Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
C. Kelebihan
Bila dibandingkan
dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki
beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2.
Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3.
Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
D. Kelemahan
Dalam penerapannya
sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa
yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa
yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat
tersampaikan secara akurat.
3. Siswa
yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas
tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa
yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
B.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1.
Pengertian Pendekatan
Pendekatan
belajar bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan
perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung
kemampuan belajar. Pendekatan dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat
untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar menyenangkan.
Pendekatan
pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi
sifatnya dan terencana, artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan
materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan
adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan
dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, srategi adalah pola
umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau
merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan
merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode
merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.
Adapun
pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain:
1.
Pendekatan
konsep dan proses,
2.
Pendekatan
deduktif dan induktif
3.
Pendekatan
Ekspositori dan Pendekatan Heuristik
4.
Pendekatan
Kecerdasan
5.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
Belajar dan Pembelajaran
v
Pendekatan
Konsep dan proses
A. Pendekatan
Konsep
Pendekatan
konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan pruduk pengetahuan memiliki
prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,
melalui generalisasi dan abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan
meramalkan.
Pendekatan
pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola
pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan
pengajaran komulatif.
B. Pendekatan
proses
Pendekatan
proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa
untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai
suatu proses keterampiln. Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses
dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori
‘Naturalisme-Romantis’ dan teori ‘Kognitif Gestalt’.
Dalam pendekatan
proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama
temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan
yan dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
proses adalah:
1.
Mengamati
gejala yang timbul
2.
Mengklasifikasikan
sifat-sifat yang sama, serupa
3.
Mengukur
besar-besaran yang bersangkutan
4.
Mencari
hubungan antar konsep-konsep yang ada
5.
Mengenal
adanya suatu masalah, merumuskan masalah
6.
Memperkirakan
penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
7.
Meramalkan
gejala yang mungkin akan terjadi
8.
Berlatih
menggunakan alat-alat ukur
9.
Melakukan
percobaan
10. Mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan data
11. Berkomunikasi
12. Mengenal adanya
variable, mengendalaikan adanya variabel.
Keunggulan
pendekatan proses adalah :
1. Memberi bekal
cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan
pengetahuan dan masa depan.
2. Pendahuluan
proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir
dan cara memperoleh pengetahuan.
Kelemahan
pendekatan proses adalah :
1. Memerlukan
banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum.
2. Memerlukan
fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat
menyediakannya.
3. Merumuskan
masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data
yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu
melaksanakannya.
Pendekatan
proses pada hakekatnya adalah memproses informasi, yaitu informasi
pembelajaran. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi
juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan
masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Dengan demikian
aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini, mendapatkan
penilaian.
Proses diukur
melalui hasil, dan hasil akan kelihatan melalui proses, jadi bersifat
komplementer atau saling melengkapi. Pendekatan proses ini menggambarkan bahwa,
kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, prosesnya
disengaja dan direncanakan dalam bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa
mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar yang diberikan guru sesuai
kurikulum untuk dipelajari.
v
Pendekatan
Deduktif dan Pendekatan Induktif
v
A.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan
khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum itu kedalam keadaan khusus. Langkah –langkah yang digunakan dalam
pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah:
1. Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan
aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus itu
dengan aturan prinsip umum.
4. Disajikan
bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu
merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan
berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan silobisme terdiri
dari preposisi statemen yang terdiri dari’remise’ yaitu dasar penarikan
kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu kebenaran. Berpikir
deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke yang khusus. Dalam
berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip, ataupun
kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ diterapkan
kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang
berlaku bagi fenomena tersebut.
B. Pendekatan
Induktif
Pendekatan
Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561)
yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang
kongkrit sebanyak mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang
paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai
dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara
rasional. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung
dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya
kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini menurut Purwanto
(2002:47) bergantung representative atau tidaknya sampel yang diambil mewakili
fenomena keseluruhan.Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan
induktif adalah:
1. Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pemdekatan induktif.
2. Menyajikan
contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu.
3. Disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
perkiraan itu.
4. Disusun
pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
yang terdahulu.
Pada tingkat ini menurut Syamsudin
Makmun (2003:228) siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep atau
pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif,
deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan
kausalitas), sehingga siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yng
mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan,
hokum faedah dsb).
Pendekatan yang
tidak bersifat demokratis ialah pendekatan deduktif yang agak lebih banyak
mengandung sifat otoriter.
v
Pendekatan
Ekspositori dan Pendekatan Heuristik
A. Pendekatan
Ekspositori
Pendekatan
Ekspositori bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran
pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar
mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
siswa.
Komunikasi yang
digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi satu
arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu kgiatan belajar siswa kurang
optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan
sekali-sekali bertanya kepada guru.
Kegiatan belajar
yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar
yangbersifat ekspositori, baik pada tahap perencanaan maupun pada
pelaksanaannya. Dalam pendekatan ini menunjukan bahwa guru berperan lebih
aktif. Pendekatan eksposttori disebut juga mengajar secara konvensional seperti
metode ceramah maupun demonstrasi.
B. Pendekatan
Heuristik
Pendekatan
heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa
diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya
dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode
penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling
lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Sedangkan metode inkuiri
adalah para siswanya bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya,
mulai menentukan masakah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada
kesimpulannya yaitu anak menemukan sendiri.
. Dengan prinsip ini menunjukan bahwa
pendekatan heurisrik dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk
berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri.
Kelemahan pendekatan heuristik, antara
lain :
1. Titik semua
peserrta didik cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang peserta didik lebih
senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan Tanya jawab.
2. Guru kurang
biasa menggunakan pendekatan ini dalam penyelenggaraan di sekolah karena factor
kemampuan.
3. Pendekatan
ini kurang cocok bagi peserta didik yang lamban.
4. Perlengkapan
ini menuntut perlengkapan yang memadai, terutama bagi pekerjaan di
laboratorium.
C.
Pengertian
strategi pembelajaran
Strategi
yaitu cara guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang diajarkan.Beberapa
pengertian strategi menurut beberapa ahli diantaranya:
1.
Kozma dalam
Gafur (1989)
menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2. Gerlach dan Ely (1980)
Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan mated pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup dan urutan .kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir
kegiatan belajar.
A.
Komponen Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan
Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem
pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting dimana guru
mengenalkan materi pembelajaran kepada peserta didik secara menarik.
2.
Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai
suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya
merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya
kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam
belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang
lingkup dan jenis materi.
- Urutan penyampaian
- Ruang lingkup materi yang
disampaikan
- Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara
jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci),
keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu)
dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977).
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta
didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar
dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL
(Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan
lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan
secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan
(Dick dan Carey, 1978, h 108).
3.
Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk
mengetahui :
·
apakah tujan
pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
·
apakah
pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta
didik atau belum.
B.
Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran
1.
Strategi Pembelajaran Ekspostori ( pasif
)
Strategi
ini mengarah kepada guru sebagai central, dimana penyampaian materi
pembelajaran disampaikan secara verbal. Contoh dari strategi ini yaitu guru
menyampaikan materi hanya dengan ceramah tanpa menggunakan media bantu yang
akan membuat peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan.
2. Strategi
Inquiny
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered
approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran
yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
3. Strategi
Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
4.
Strategi
Contextual
Teaching Learning (CTL)
Contoxtual
Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya
(questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
5.
Strategi Afektif
Strategi
pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh
sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa.
Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu
baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Penilaian
strategi pembelajaran sebagai berikut:
·
Orientasi
strategi pada tugas pembelajaran
·
Model dan
teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang akan dicapai
·
Media
perubahan yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik
D. METODE
PEMBELAJARAN MIPA
C.
Pengertian Metode Mengajar
Metode mengajar
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan seorang
guru atau instruktur. Atau pengertian lainnya ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran
(sudjana,76). Sedangkan M. Sobri Sutikno
(2009:88) menyatakan, ‘’Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi
pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada
diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
B. Macam-Macam Metode
Mengajar dalam Pembelajaran MIPA
1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menjelaskan materi secara verbal dan biasanya memiliki alat bantu visual.
Hubungan guru dengan anak didik lebih banyak bersifat lisan.
Langkah-langkah dalam melakukan metode caramah :
• Mendefinisikan istilah-istilah tertentu.
• Pembuatan bagian-bagian atau su-sub bagian.
• Pembuatan ikhtisar dalam bentuk pengungkapan
dari inti pembicaraan.
• Mengajukan dan memecahkan keberatan-keberatan
dan memberikan kesempatan kepada guru
untuk menjawab dan mengklarifikasikan jika ada salah pengertian.
Kelebihan metode ceramah
• Guru mudah menguasai kelas.
• Mudah
mengorganisasikan tempat duduk atau kelas.
• Dapat diikuti oleh
jumlah siswa yang besar.
• Mudah melaksanakan
dan mempersiapkannya.
• Guru mudah
menerangkan dengan baik.
• Fleksibel, dalam
arti bahwa jika waktu yang sedikit dapat dipersingkat, dan mengambil yang penting-penting saja.
Kekurangan metode
ceramah :
• Anak didik cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan
kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
• Mudah terjadi verbalisme.
• Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang
besar menerimanya.
• Bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan.
• Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan penyajian materi. Metode diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok dalam
memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan.
Jenis-jenis diskusi :
• Diskusi kelas, jika
melibatkan seluruh siswa dan diskusi dipimpin oleh guru.
• Diskusi kelompok,
terdiri dari 3-6 orang. - Buzz grup : diskusi dadakan,membicarakan bahan yang
baru diajarkan. - Syndikat grup : tiap kelompok dengan tugas masing-masing dan
dilaporkan di depan kelas.
• Brain storming
yaitu pengumpulan pendapat atau saran.
Kelebihan metode diskusi :
• Siswa memperoleh kesempatan untuk berfikir.
• Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan
pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas.
• Siswa belajar bersikap toleran
terhadap teman-temannya.
• Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif
aktif dikalangan siswa.
• Diskusi dapat mengembangkan sikap
demokratif, dapat menghargai pendapat orang
lain.
•
Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Kekurangan metode diskusi :
• Diskusi terlalu
menyerap waktu.
• Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi
dan menggunakan waktu diskusi dengan
baik, maka kecenderungan mereka tidak sanggup berdiskusi.
• Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara
melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi tanya jawab.
3.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari dengan di demonstrasi terlebih dahulu oleh
guru, adapula memang hanya guru yang mendemonstrasi suatu eksperimen adapula
yang dilakukan juga oleh guru lalu diikuti oleh siswa. Langkah-langkah
melakukan metode eksperimen :
• Guru menyiapkan alat untuk percobaan, dan harus sesuai
dengan tujuan.
•
Sebelumnya guru menguji coba alat yang akan digunakan.
• Guru memberikan
lembar kegiatan siswa, dan menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa.
• Guru membantu dan membimbing siswa saat melakukan
percobaan.
• Percobaan ditindak lanjuti dengan diskusi antar siswa.
4. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146)
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa. Metode pemecahan masalah ini sering dinamakan atau
disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking method, atau
scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146). Dengan demikian, metode
pemecahan masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas
permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode
mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada
para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut
prosedur kerja metode ilmiah.
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan
masalah dapat disarikan sebagai berikut:
a. Adanya masalah
yang dipandang penting.
b. Merumuskan
masalah.
c. Analisa hipotesa.
d. Mengumpulkan data.
e. Analisa data.
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah
(Depdikbud, 1997: 23).
5. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau cara
penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Bisa
dikatakan bahwa metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat
memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah
dipelajari. Sehingga, siswa akan terangsang untuk belajar. Langkah-langkah
metode pemberian tugas :
• Guru menyiapkan tugas dan menyediakan buku sumber.
• Guru menmberikan tugas kepada siswa dan menyebutkan
manfaatnya.
•
Tugas harus dikerjakan oleh siswa Kelebihan metode pemberian tugas .
•
Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
• Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam
strategi ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang
telah dikerjakan.
• Memberikan kebiasaan untuk giat belajar.
• Memberikan tugas siswa untuk sifat yang praktis.
Kelemahan
metode pemberian tugas :
• Tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan
dengan meniru pekerjaan orang lain.
• Karena perbedaan individu, maka tugas apabila diberikan
secara umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang kan sebagian
lainnya merasa mudah menyelesaikan tugas tersebut.
• Apabila tugas diberikan, lebih-lebih bila itu sukar
dikerjakan, maka ketenangan mental para siswa menjadi terpengaruh.
6. Metode
Project
Kata proyek berasal
dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan, rancangan,
rencana. Jadi memproyeksikan berarti : merancang, merencanakan dengan maksud
dan tujuan tertentu. Mempunyai perencanaan yang baik (planning) di dalam
kegiatan-kegiatan tahunan dan sebagainya. Dengan kata lain, metode proyek yaitu
cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin
pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam
tugas-tugasnya.
Keunggulan metode proyek :
1. Dengan pengajaran royek, dapat membangkitkan dan
mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri.
2. Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
3. Melalui metode proyek memperhatikan segi minat, perbedaan
serta kemampuan masing-masing individu siswa.
4.
Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik.
5.
Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat/berkarya.
Kekurangan
metode proyek :
1. Memerlukan perencanaan yang matang
2. Tidak smua guru merencanakan/terbiasa dengan metode
proyek. Sebab dengan metode proyek guru dituntut untuk bekerja keras dan
mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek secara terencana.
3. Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat
membosankan bagi siswa.
4. Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek
masih siulit dilaksanakan. Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari,
membaca, memikirkan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri.
5. Dilihat dari segi aktivitasnya, organisasi sekolah
menjadi tidak sederhana. Disamping memerlukan banyak fasilitas, tenaga dan
finansial .
- Metode
Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran
dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri, namun pada
metode ini di bagi menjadi 2 bagian, ada metode resitasi awal yaitu
siswamembuat resume dirumah sebelum pelajaran dimulai disekolah dengan begitu
mereka lebih tau, dan ada pula resitasi akhir yang siswanya membuat kalimat
sendiri dengan resume kesimpulan atas apa yang dipelajari di akhir pelajaran.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil
belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan
keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni
peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
b.
Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.
- Metode
Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode
mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan
serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
- Metode
Penemuan
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery
(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya
untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Beberapa
keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179)
sebagai berikut:
1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami
sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama
diingat.
3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin
ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat.
4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan
akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5.
metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery
(penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu
belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara
singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja
siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
D.
TEKNIK
PEMBELAJARAN
Teknik pembelajaran
merupakan penjabaran dari metode, berupa tak tik yang dilakukan
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Untuk menjalankan semuah metode
dalam proses pembelajaran dapat menggunakan beberapa teknik yang disesesuaikan
dengan SK-KD, indikator pembelajaran, kemampuan guru, peserta didik, media
pembelajaran yang tersedia dan lain-lain.
Ada banyak teknik yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi perlu diingat bahwa tidak
semua teknik pembelajaran cocok untuk digunakan pada semua mata pelajaran dan
pokok bahasan. Sebab itu pendidik perlu menguasai beberapa teknik dan menguasai
berbagai kemungkinan penerapannya dalam berbagai materi ajar. Penentuan sebuah
teknik dalam kegiatan pembelajaran harus memperhatikan berbagai
faktor yang terkait dengannya, misalnya indikator pembelajaran, kemampuan guru,
kemampuan peserta didik, media yang tersedia dan lain-lain.
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan siswa (Student oriented).
·
TEKNIK EVERY ONE IS A TEACHER
HERE (SETIAP SISWA ADALAH GURU)
Teknik pembelajaran ini
dapat digunakan untuk mengimplementasikan metode tanya jawab. Dengan teknik ini
metode tanya jawab akan dapat terealisasikan dengan mudah. Karena metode ini
mendorong setiap peserta didik untuk aktif berbicara, masing-masing diberi
kesempatan untuk bertanya dan menjawab soal yang dibut mereka sendiri. Dalam
proses pembelajaran guru atau pendidik lebih banyak berperan sebagai manager
dan fasilitator saja.
Teknik ini dapat dijalankan dengan prosedur sebagai
berikut;
1. Guru memberikan bahan bacaan kepada para siswa
2. Selanjutnya meminta siswa untuk membaca beberapa
saat
3. Setelah itu setiap siswa diperintahkan
membuat pertanyaan dari bacaan di atas kertas
4. Sesudah selesai, guru mengambil kertas yang
berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa.
5. Kemudian pertanyaan tersebut diacak sampai tidak
diketahui siapa yang membuatnya.
6. Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan
pertanyaan secara acak, setelah membacakannnya langsung disuruh menjawab
petanyaan yang dibacanya. Kemudian setiap siswa dipersilahkan untuk
mengomentari jawaban. Begitu seterusnya
Teknik
The Power of Two adalah salah satu cara
yang dapat digunakan oleh siswa untuk dapat belajar mengolah pikiran sendiri.
Guru diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk
membantu siswa dapat belajar dengan efektif. Proses belajar
akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara
aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu
dengan siswa yang lain.
Teknik
pembelajaran kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian
dari belajar kooperatif yakni belajar dalam kelompok kecil
dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran
oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai
kompentensi dasar (Mafatih, 2007). The power of two adalah
kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong
munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik
daripada satu. Prosedur teknik ini sebagai berikut:
1)
Guru memberi peserta didik satu atau
lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh: mengapa
bangun kubus berbentuk segi empat? Bagaimana cara menentukan luas segitiga?
Mengapa disebut segita sama kaki?
2)
Guru meminta peserta didik untuk
menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3)
Setelah semua melengkapi jawabannya,
guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing)
jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4)
Guru meminta pasangan tadi untuk
membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons
masing-masing individu.
5)
Ketika semua pasangan selesai
menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke
pasangan yang lain.
Teknik Critical Incident (CIT) adalah satu cara yang digunakan untuk
mengumpulan pengamatan langsung perilaku manusia yang secara kritis
dan prosedural yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Pengamatan
ini kemudian disimpan melacak sebagai insiden yang kemudian digunakan
untuk memecahkan masalah praktis dan mengembangkan prinsip psikologis secara
luas. Suatu kritik insiden dapat
digambarkan sebagai salah satu hal yang memberi
kontribusi positif maupun negatif yang signifikan terhadap aktivitas atau
fenomena. Insiden kritis dapat dikumpulkan dalam berbagai
cara, tetapi biasanya responden diminta
untuk bercerita tentang pengalamanmereka memiliki.
CIT adalah cara yang
fleksibel yang biasanya bergantung pada lima hal
penting, yaitu:
1)
Menentukan dan mengkaji kejadian
2)
Pencarian
fakta, yang melibatkan pengumpulan rincian insiden dari para
peserta.
3)
Mengidentifikasi isu-isu.
4)
Membuat cara untuk
menyelesaikan masalah berdasarkan solusi berbagai
kemungkinan.
5)
Evaluasi, yang akan menentukan apakah solusi yang terpilih akanmenyelesaikan akar
penyebab situasi dan tidak akan
menyebabkan masalah lebih lanjut.
Dalam
teknik Card Sort ini, pelaksanaannya menuntut aktivitas
kerjasama diantara peserta didik dalam mengajarkan konsep, karekteristik
klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Beberapa hal
prosedural yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik untuk menggerakkan siswa
melakukan teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1)
Guru dapat
memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan teknik ini, misalnya
dengan memberikan penghargaan bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam
menjalankan tugas.
2)
Membagi kertas berisi informasi atau contoh yang cocok
dengan satu atau beberapa kategori kepada siswa.
3)
Meminta siswa untuk berkeliling mencari pasangan kategori
yang sama.
4)
Mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok sesuai
dengan kategorinya
5)
Mempresentasikan materi pelajaran sesuai dengan
kategorinya.
Teknik pembelajaran peta konsep dapat
mendorong kreativitas siswa untuk berani mengemukakan gagasan
mereka. Mereka dituntut untuk dapat mencatat dan mengidentifikasi materi
pembelajaran sesuai dengan alam pikiran mereka. Dalam teknik ini pendidik
menuntut siswa dapat menggambarkan konsep pengetahuan yang telah dipelajari
oleh siswa dalam bentuk diagram atau gambar.
Untuk
melaksanakan teknik pembelajaran peta konsep ini, prosedurnya secara sederhana adalah
sebagai berikut;
1)
Guru membagikan
bacaan dan menyuruh peserta didik untuk dibacanya
2)
Selanjutnya
para siswa diperintahkan mencari keyword(kata kunci) yang merupakan
bagian-bagian konsep yang akan dirangkai dijadikan gambar atau diagram.
3)
Guru meminta siswa
untuk menuangkan dalam peta konsep berupa gambar atau diagram.
4)
Terakhir
menjelaskan konsep yang terdapat dalam gambar atau diagram.
Teknik
Jigsow ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan atau
berbicara, bisa juga digunakan dalam beberapa mata pelajaran,
seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan
bahasa. teknik ini cocok untuk semua kelas dan tingkatan. Dalam teknik Jigsaw,
guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi
berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.
Pemikiran
dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk berbagi
dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian
penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan. Johnson
(1991) menyatakan bahwa teknik Jigsaw adalah suatu teknik
pembelajaran kelompok yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1)
Setiap anggota kelompok
mempelajari/mengerjakan salah satu bagian informasi yang berbeda dari bagian
anggota kelompok lainnya.
2)
Setiap anggota kelompok bergantung
kepada kelompok yang lain untuk dapat mempelajari/memahami informasi secara
utuh.
3)
Setiap anggota kelompok berbagi
informasi dengan anggota kelompok lain dalam rangka menangkap keutuhan
informasi.
4)
Setiap anggota kelompok menjadi
pemilik “ahli” informasi, sehingga kelompok akan bertanggungjawab dan
menghargai masing-masing anggotanya (1998).
Langkah-langkah
metode Jigsaw dalam pembelajaran kooperatif:
1)
Tahap kooperatif, Guru
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 3-5 orang).
Kelompok kecil ini dibentuk berdasarkan ranking kelas atau hasil ulangan
harian. Setiap kelompok beranggotakan siswa yang kemampuan akademiknya beragam.
Kelompok yang terbentuk ini disebut kelompok “asal”. Guru memberikan informasi
(berupa bacaan ataupun tugas/soal) yang berbeda kepada tiap anggota kelompok
“asal”. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu
tugas/soal yang diberikan itu.
2)
Tahap ahli, setelah mendapat
sebagian informasi beserta tugas tertentu siswa harus membahas dan memecahkan
dengan anggota kelompok lain yang memperoleh tugas yang sama. Mereka berkumpul,
belajar bersama dan berdiskusi tentang tugas tersebut. Kelompok ini disebut
dengan kelompok “pakar” atau kelompok “ahli”.
3)
Tahap tiga serangkai Anggota
kelompok “pakar/ahli” ini kembali ke kelompok “asal” dan mengajarkan informasi
(tugas/soal) yang telah dipelajari dan telah didiskusikan didalam kelompok
“ahli” kepada teman kelompoknya sendiri. Gambar berikut menunjukkan hubungan
antara kelompok asal dan kelompok ahli pada metode Jigsaw (Arends,
2001).
Teknik
Poster Coment merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan untuk menstimulasi,
meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu
permasalahan. Dalam teknik ini siswa didorong untuk bias mengungkapkan
pikirannya secara lisan mengenai berbagai hal yang terdapat pada gambar atau
poster.
Langkah-langkah
pelaksanaan teknik poster coment itu cukup sederhana, sebagai berikut:
1)
Guru menyediakan gambar atau poster.
2)
Lalu siswa diminta untuk mengamati
gambar dengan seksama.
3)
Setelah itu satu persatu atau
perwakilan siswa diminta untuk mengomentari dan menilai gambar tersebut.
Teknik
Call on The Next Speaker dalam pembelajaran berguna untuk mendorong partisipasi
aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar. Teknik ini member kesempatan
kepada setiap siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dikuasainya berkenaan
dengan pelajaran.
Prosedur
pelaksaan teknik call on the next speaker adalah sebagai beriku;
1)
Guru membagikan
kertas untuk membut pertanyaan kepada siswa.
2)
Setelah para
siswa selesai membuat pertanyaan kemudian guru mengambilnya dan membagikannya
kembali secara acak
3)
Selanjutnya
guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab dengan waktu terbatas
4)
Siswa tadi
(pada poin 3) menunjuk siswa yang lain untuk melanjutkan, begitu seterusnya.
·
INDEX CARD MATCH
Index Card
Match (Mencocokkan kartu indeks) adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan
dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Teknik Index Card
Match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran
karenacara ini dikemas seperti sebuah permainan. Namun demikian,
materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan cara ini dengan catatan,
peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih
dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Metode ini biasanya digunakan untuk mengajarkan
kata-kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya, atau
soal dengan jawabannya, dan sebagainya. Metode ini bisa dikatakan sebuah
permainan yang menyenangkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya
dengan cocok (pertanyaan dan jawaban) dengan melibatkan fisik.
1) Langkah-langkah
tersebut yaitu sebagai berikut:Guru membuat potongan-potongan kartu
sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
2) Guru
membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada
separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi
yang akan dipelajari.Setiap kartu
berisi satu pertanyaan.
4) Pada
separuh kartu yang lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat.
5) Guru
mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
6) Guru
membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa
ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan
mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Guru
meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru
juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan
kepada teman yang lain.
8) Setelah
semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta kepada
setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh
dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut
dijawab oleh pasangannya.
9) Guru
mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Model
Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
·
Pendekatan
pembelajaran merupakan cara memandang kegiatan pembelajarar Sehingga memudahkan
bagi guru untuk pengelolaannya dan bagi peserta didikan dan memperoleh
kemudahan belajar.
·
Metode
pembelajaran merupakan cara yang memungkinkan peserta didik menperoleh
kemudahan dalam' rangka mempelajar i /membahas bahan ajar yang disampaikan oleh
guru sebagai sarana mewujudkan tercapai kompetensi.
·
Strategi
pembelajaran merupakan langkah-langkah kegiatan( syntax) atau prosedur yang
digunakan dalam penyajian bahan ajar untuk mencapai tujuan,kompetensi yang
diharapkan. Suatu strategi digunakan untuk melaksanakan metode-metode
pembelajaran.
·
Teknik
merupakan keragaman dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar(
setting tertentu,seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah serta kemampuan dan kesiapan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, M., dkk. '1989. Panduan Kegiatan Diskusi Dalam Proses
Belajar Mengajar
Malang: ProyekP
3TKl KlP Malang
Azwar, Saifuddin. 1997. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dimyati dan
Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Joni, T. Raka. 1991. Strategi Belajar Mengajar : Acuan Konseptual Pengelolaan
Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas Terbuka.
PPPG IPS dan PMP. 2002. Pendekatand an Metade Pembelajaran Bahan Penataran
lnstruktur
Guru IPS dan PPKn .Malang :
PPPG IPS dan PMP.
Rianto,M . 2002. Pendekatan dan MetodeP embelajaran. Malang: PPPG IPS dan PMP
Malang
Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung: San Grafika
1 komentar:
Call On the next speaker sumbernya dari mana ya?
Posting Komentar