RSS

MAKALAH DASAR – DASAR MIPA “MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN”


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada umumnya adalah rendahnya mutu pendidikan. Usaha peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten.
Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatan-pendekatan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa antara lain kemandirian dan kedewasaan yang lambat, ini dilihat dari perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan tidak merespon materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah, ini dapat dilihat keinginan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah. sehingga guru harus memotivasi terus menerus saat kegiatan belajar mengajar. Menurut Muhibbin Syah (2004), pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    MODEL PEMBELAJARAN

1.      Pengertian model pembelajaran
Model Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Berikut adalah beberapa pengertian model pembelajaran menurut beberapa ahli:
  Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
  Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
  Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
MACAM MODEL PEMBELAJARAN LENGKAP
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1.    Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jeniskelamin, suku, dll.).
2.    Guru menyajikan pelajaran.
3.    Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang satu   menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.    Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5.    Memberi evaluasi.
6.    Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1.    Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.    Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3.     Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /menganalisa gambar.
4.    Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.    Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6.     Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.     Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a.       perencanaan
b.      Praktek mengajar.
c.       Observasi.
d.      Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2.    Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1)      Prinsip Kesaling-bergantungan,
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2)      Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3)      Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
1.    Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
2.    Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3.    Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4.    Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5.    Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Model Pembelajaran Jigsaw
A.    Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada  model pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student centered)  sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
B.  Langkah- Langkah  dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1.      Awal kegiatan pembelajaran
 Persiapan:
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2. Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
C.    Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.    Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
D.    Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1.    Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2.    Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3.    Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4.    Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

B.     PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1.      Pengertian Pendekatan
Pendekatan belajar bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya dan terencana, artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, srategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.
Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain:
1.      Pendekatan konsep dan proses,
2.      Pendekatan deduktif dan induktif
3.      Pendekatan Ekspositori dan Pendekatan Heuristik
4.      Pendekatan Kecerdasan
5.       Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Belajar dan Pembelajaran
v  Pendekatan Konsep dan proses
A. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan pruduk pengetahuan memiliki prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif.

B. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu proses keterampiln. Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori ‘Naturalisme-Romantis’ dan teori ‘Kognitif Gestalt’.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yan dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
1.      Mengamati gejala yang timbul
2.      Mengklasifikasikan sifat-sifat yang sama, serupa
3.      Mengukur besar-besaran yang bersangkutan
4.      Mencari hubungan antar konsep-konsep yang ada
5.      Mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah
6.      Memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
7.      Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi
8.      Berlatih menggunakan alat-alat ukur
9.      Melakukan percobaan
10.  Mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
11.  Berkomunikasi
12.  Mengenal adanya variable, mengendalaikan adanya variabel.
Keunggulan pendekatan proses adalah :
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
2. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Kelemahan pendekatan proses adalah :
1. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
2. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.
3. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan proses pada hakekatnya adalah memproses informasi, yaitu informasi pembelajaran. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini, mendapatkan penilaian.
Proses diukur melalui hasil, dan hasil akan kelihatan melalui proses, jadi bersifat komplementer atau saling melengkapi. Pendekatan proses ini menggambarkan bahwa, kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, prosesnya disengaja dan direncanakan dalam bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar yang diberikan guru sesuai kurikulum untuk dipelajari.
v  Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
v  A. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus. Langkah –langkah yang digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah:
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum.
4. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan silobisme terdiri dari preposisi statemen yang terdiri dari’remise’ yaitu dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
B. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini menurut Purwanto (2002:47) bergantung representative atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pemdekatan induktif.
2. Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu.
3. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu.
4. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.
Pada tingkat ini menurut Syamsudin Makmun (2003:228) siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yng mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan, hokum faedah dsb).
Pendekatan yang tidak bersifat demokratis ialah pendekatan deduktif yang agak lebih banyak mengandung sifat otoriter.
v  Pendekatan Ekspositori dan Pendekatan Heuristik
A. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan Ekspositori bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu kgiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-sekali bertanya kepada guru.
Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar yangbersifat ekspositori, baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksanaannya. Dalam pendekatan ini menunjukan bahwa guru berperan lebih aktif. Pendekatan eksposttori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah maupun demonstrasi.
B. Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Sedangkan metode inkuiri adalah para siswanya bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya, mulai menentukan masakah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada kesimpulannya yaitu anak menemukan sendiri.
.           Dengan prinsip ini menunjukan bahwa pendekatan heurisrik dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri.
Kelemahan pendekatan heuristik, antara lain :
1. Titik semua peserrta didik cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang peserta didik lebih senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan Tanya jawab.
2. Guru kurang biasa menggunakan pendekatan ini dalam penyelenggaraan di sekolah karena factor kemampuan.
3. Pendekatan ini kurang cocok bagi peserta didik yang lamban.
4. Perlengkapan ini menuntut perlengkapan yang memadai, terutama bagi pekerjaan di laboratorium.

C.   Pengertian strategi pembelajaran
Strategi yaitu cara guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang diajarkan.Beberapa pengertian strategi menurut beberapa ahli diantaranya:
1.      Kozma dalam Gafur (1989)
 menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2.      Gerlach dan Ely (1980)
Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan mated pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup dan urutan .kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
A.   Komponen Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting dimana guru mengenalkan materi pembelajaran kepada peserta didik secara menarik.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup dan jenis materi.
  • Urutan penyampaian
  • Ruang lingkup materi yang disampaikan
  • Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977).
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108).
3.      Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui :
·         apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
·         apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.


B.   Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
1.      Strategi Pembelajaran Ekspostori ( pasif )
Strategi ini mengarah kepada guru sebagai central, dimana penyampaian materi pembelajaran disampaikan secara verbal. Contoh dari strategi ini yaitu guru menyampaikan materi hanya dengan ceramah tanpa menggunakan media bantu yang akan membuat peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan.

2.      Strategi Inquiny
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

3.      Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

4.      Strategi Contextual Teaching Learning (CTL)

Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).

5.      Strategi Afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Penilaian strategi pembelajaran sebagai berikut:
·         Orientasi strategi pada tugas pembelajaran
·         Model dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang akan dicapai
·         Media perubahan yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik

D.    METODE PEMBELAJARAN MIPA
C.     Pengertian Metode Mengajar
 Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan seorang guru atau instruktur. Atau pengertian lainnya ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran (sudjana,76).  Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, ‘’Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
B.  Macam-Macam Metode Mengajar dalam Pembelajaran MIPA
1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan materi secara verbal dan biasanya memiliki alat bantu visual. Hubungan guru dengan anak didik lebih banyak bersifat lisan.
Langkah-langkah dalam melakukan metode caramah :
  •  Mendefinisikan istilah-istilah tertentu.
  •  Pembuatan bagian-bagian atau su-sub bagian.
  •  Pembuatan ikhtisar dalam bentuk pengungkapan dari inti pembicaraan.
 •  Mengajukan dan memecahkan keberatan-keberatan dan memberikan kesempatan kepada   guru untuk menjawab dan mengklarifikasikan jika ada salah pengertian.
Kelebihan metode ceramah
• Guru mudah menguasai kelas.
 • Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas.
 • Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
 • Mudah melaksanakan dan mempersiapkannya.
 • Guru mudah menerangkan dengan baik.
 • Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu yang sedikit dapat dipersingkat, dan mengambil  yang penting-penting saja.
 Kekurangan metode ceramah :
• Anak didik cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
• Mudah terjadi verbalisme.
• Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.
• Bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan.
• Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi. Metode diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan.
Jenis-jenis diskusi :
 • Diskusi kelas, jika melibatkan seluruh siswa dan diskusi dipimpin oleh guru.
 • Diskusi kelompok, terdiri dari 3-6 orang. - Buzz grup : diskusi dadakan,membicarakan bahan yang baru diajarkan. - Syndikat grup : tiap kelompok dengan tugas masing-masing dan dilaporkan di depan kelas.
 • Brain storming yaitu pengumpulan pendapat atau saran.
Kelebihan metode diskusi :
• Siswa memperoleh kesempatan untuk berfikir.
       • Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas.
       • Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
       • Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
       • Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang  lain.
            • Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Kekurangan metode diskusi :
 • Diskusi terlalu menyerap waktu.
• Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu   diskusi dengan baik, maka kecenderungan mereka tidak sanggup berdiskusi.
• Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi tanya jawab.
3.  Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari dengan di demonstrasi terlebih dahulu oleh guru, adapula memang hanya guru yang mendemonstrasi suatu eksperimen adapula yang dilakukan juga oleh guru lalu diikuti oleh siswa. Langkah-langkah melakukan metode eksperimen :
• Guru menyiapkan alat untuk percobaan, dan harus sesuai dengan tujuan.
            • Sebelumnya guru menguji coba alat yang akan digunakan.
 • Guru memberikan lembar kegiatan siswa, dan menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa.
• Guru membantu dan membimbing siswa saat melakukan percobaan.
• Percobaan ditindak lanjuti dengan diskusi antar siswa.
4. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Metode pemecahan masalah ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146). Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan sebagai berikut:
 a. Adanya masalah yang dipandang penting.
 b. Merumuskan masalah.
c. Analisa hipotesa.
d. Mengumpulkan data.
e. Analisa data.
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
5. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau cara penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Bisa dikatakan bahwa metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari. Sehingga, siswa akan terangsang untuk belajar. Langkah-langkah metode pemberian tugas :
• Guru menyiapkan tugas dan menyediakan buku sumber.
• Guru menmberikan tugas kepada siswa dan menyebutkan manfaatnya.
            • Tugas harus dikerjakan oleh siswa Kelebihan metode pemberian tugas .
            • Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
• Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
• Memberikan kebiasaan untuk giat belajar.
• Memberikan tugas siswa untuk sifat yang praktis.
            Kelemahan metode pemberian tugas :
• Tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan meniru pekerjaan orang lain.
• Karena perbedaan individu, maka tugas apabila diberikan secara umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang kan sebagian lainnya merasa mudah menyelesaikan tugas tersebut.
• Apabila tugas diberikan, lebih-lebih bila itu sukar dikerjakan, maka ketenangan mental para siswa menjadi terpengaruh.
6.      Metode Project
 Kata proyek berasal dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan, rancangan, rencana. Jadi memproyeksikan berarti : merancang, merencanakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Mempunyai perencanaan yang baik (planning) di dalam kegiatan-kegiatan tahunan dan sebagainya. Dengan kata lain, metode proyek yaitu cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya.
Keunggulan metode proyek :
1. Dengan pengajaran royek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri.
2. Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
3. Melalui metode proyek memperhatikan segi minat, perbedaan serta kemampuan masing-masing individu siswa.
            4. Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik.
            5. Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat/berkarya.
            Kekurangan metode proyek :
1. Memerlukan perencanaan yang matang
2. Tidak smua guru merencanakan/terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode proyek guru dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek secara terencana.
3. Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi siswa.
4. Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek masih siulit dilaksanakan. Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari, membaca, memikirkan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri.
5. Dilihat dari segi aktivitasnya, organisasi sekolah menjadi tidak sederhana. Disamping memerlukan banyak fasilitas, tenaga dan finansial .
  1. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri, namun pada metode ini di bagi menjadi 2 bagian, ada metode resitasi awal yaitu siswamembuat resume dirumah sebelum pelajaran dimulai disekolah dengan begitu mereka lebih tau, dan ada pula resitasi akhir yang siswanya membuat kalimat sendiri dengan resume kesimpulan atas apa yang dipelajari di akhir pelajaran.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
            b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
  1. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
  1. Metode Penemuan
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
            Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
            5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.


D.    TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik pembelajaran merupakan penjabaran dari metode,  berupa tak tik yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Untuk menjalankan semuah metode dalam proses pembelajaran dapat menggunakan beberapa teknik yang disesesuaikan dengan SK-KD, indikator pembelajaran, kemampuan guru, peserta didik, media pembelajaran yang tersedia dan lain-lain.
Ada banyak teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua teknik pembelajaran cocok untuk digunakan pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan. Sebab itu pendidik perlu menguasai beberapa teknik dan menguasai berbagai kemungkinan penerapannya dalam berbagai materi ajar. Penentuan sebuah teknik dalam kegiatan  pembelajaran harus memperhatikan berbagai faktor yang terkait dengannya, misalnya indikator pembelajaran, kemampuan guru, kemampuan peserta didik, media yang tersedia dan lain-lain.


Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan siswa (Student oriented).

·          TEKNIK EVERY ONE IS A TEACHER HERE (SETIAP SISWA ADALAH GURU)

Teknik pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengimplementasikan metode tanya jawab. Dengan teknik ini metode tanya jawab akan dapat terealisasikan dengan mudah. Karena metode ini mendorong setiap peserta didik untuk aktif berbicara, masing-masing diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab soal yang dibut mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran guru atau pendidik lebih banyak berperan sebagai manager dan fasilitator saja.
Teknik ini dapat dijalankan dengan prosedur sebagai berikut;
1. Guru memberikan bahan bacaan kepada para siswa
2. Selanjutnya meminta siswa untuk membaca beberapa saat
3. Setelah itu setiap siswa diperintahkan membuat pertanyaan dari bacaan di atas kertas
4. Sesudah selesai, guru mengambil kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa.
5. Kemudian pertanyaan tersebut diacak sampai tidak diketahui siapa yang membuatnya.
6. Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan pertanyaan secara acak, setelah membacakannnya langsung disuruh menjawab petanyaan yang  dibacanya. Kemudian setiap siswa dipersilahkan untuk mengomentari jawaban. Begitu seterusnya
·         TEKNIK THE POWER OF TWO
Teknik The Power of Two  adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk dapat belajar mengolah pikiran sendiri. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membantu  siswa dapat belajar dengan efektif. Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu dengan siswa yang lain.
Teknik pembelajaran kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif  yakni belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar (Mafatih, 2007). The power of two adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. Prosedur teknik ini sebagai berikut:
1)      Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh: mengapa bangun kubus berbentuk segi empat? Bagaimana cara menentukan luas segitiga? Mengapa disebut segita sama kaki?
2)      Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3)      Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4)      Guru meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.
5)      Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.

·         TEKNIK CRITICAL INCIDENT
Teknik Critical Incident (CIT) adalah satu cara yang digunakan untuk mengumpulan pengamatan langsung perilaku manusia yang secara kritis dan prosedural yang  memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pengamatan ini kemudian disimpan melacak sebagai insiden yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah praktis dan mengembangkan prinsip psikologis secara luas. Suatu kritik insiden dapat digambarkan sebagai salah satu hal yang memberi kontribusi positif maupun negatif yang signifikan terhadap aktivitas atau fenomena. Insiden kritis dapat dikumpulkan dalam berbagai cara, tetapi biasanya responden diminta untuk bercerita tentang pengalamanmereka memiliki.
CIT adalah cara yang fleksibel yang biasanya bergantung pada lima hal penting, yaitu:
1)      Menentukan dan mengkaji kejadian
2)      Pencarian fakta, yang melibatkan pengumpulan rincian insiden dari para peserta.
3)      Mengidentifikasi isu-isu.
4)      Membuat cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan solusi berbagai kemungkinan.
5)      Evaluasi, yang akan menentukan apakah solusi yang terpilih akanmenyelesaikan akar penyebab situasi dan tidak akan menyebabkan masalah lebih lanjut.


·         TEKNIK CARD SORT (SORTIR KATA)
Dalam teknik Card Sort ini, pelaksanaannya menuntut aktivitas kerjasama diantara peserta didik dalam mengajarkan konsep, karekteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Beberapa hal prosedural yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik untuk menggerakkan siswa melakukan teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1)   Guru dapat memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan teknik ini, misalnya dengan memberikan penghargaan bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas.
2)   Membagi kertas berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori kepada siswa.
3)   Meminta siswa untuk berkeliling mencari pasangan kategori yang sama.
4)   Mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan kategorinya
5)   Mempresentasikan materi pelajaran sesuai dengan kategorinya.

            Teknik pembelajaran peta konsep dapat mendorong kreativitas siswa untuk  berani mengemukakan gagasan mereka. Mereka dituntut untuk dapat mencatat dan mengidentifikasi materi pembelajaran sesuai dengan alam pikiran mereka. Dalam teknik ini pendidik menuntut siswa dapat menggambarkan konsep pengetahuan yang telah dipelajari oleh siswa dalam bentuk diagram atau gambar.
Untuk melaksanakan teknik pembelajaran peta konsep ini, prosedurnya secara sederhana adalah sebagai berikut;
1)      Guru membagikan bacaan dan menyuruh peserta didik untuk dibacanya
2)      Selanjutnya para siswa diperintahkan mencari keyword(kata kunci) yang merupakan bagian-bagian konsep yang akan dirangkai dijadikan gambar atau diagram.
3)      Guru meminta siswa untuk menuangkan dalam peta konsep berupa gambar atau diagram.
4)      Terakhir menjelaskan konsep yang terdapat dalam gambar atau diagram.

·         TEKNIK JIGSAW
Teknik Jigsow ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara,  bisa juga digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. teknik ini cocok untuk semua kelas dan tingkatan. Dalam teknik Jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.
Pemikiran dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan. Johnson (1991) menyatakan bahwa teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kelompok yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1)      Setiap anggota kelompok mempelajari/mengerjakan salah satu bagian informasi yang berbeda dari bagian anggota kelompok lainnya.
2)      Setiap anggota kelompok bergantung kepada kelompok yang lain untuk dapat mempelajari/memahami informasi secara utuh.
3)      Setiap anggota kelompok berbagi informasi dengan anggota kelompok lain dalam rangka menangkap keutuhan informasi.
4)      Setiap anggota kelompok menjadi pemilik “ahli” informasi, sehingga kelompok akan bertanggungjawab dan menghargai masing-masing anggotanya (1998).

Langkah-langkah metode Jigsaw dalam pembelajaran kooperatif:
1)      Tahap kooperatif, Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 3-5 orang). Kelompok kecil ini dibentuk berdasarkan ranking kelas atau hasil ulangan harian. Setiap kelompok beranggotakan siswa yang kemampuan akademiknya beragam. Kelompok yang terbentuk ini disebut kelompok “asal”. Guru memberikan informasi (berupa bacaan ataupun tugas/soal) yang berbeda kepada tiap anggota kelompok “asal”. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu tugas/soal yang diberikan itu.
2)       Tahap ahli, setelah mendapat sebagian informasi beserta tugas tertentu siswa harus membahas dan memecahkan dengan anggota kelompok lain yang memperoleh tugas yang sama. Mereka berkumpul, belajar bersama dan berdiskusi tentang tugas tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok “pakar” atau kelompok “ahli”.
3)      Tahap tiga serangkai Anggota kelompok “pakar/ahli” ini kembali ke kelompok “asal” dan mengajarkan informasi (tugas/soal) yang telah dipelajari dan telah didiskusikan didalam kelompok “ahli” kepada teman kelompoknya sendiri. Gambar berikut menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli pada metode Jigsaw (Arends, 2001).

·         TEKNIK POSTER COMENT
Teknik Poster Coment merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan untuk menstimulasi, meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam teknik ini siswa didorong untuk bias mengungkapkan pikirannya secara lisan mengenai berbagai hal yang terdapat pada gambar atau poster.
Langkah-langkah pelaksanaan teknik poster coment itu cukup sederhana, sebagai berikut:
1)      Guru menyediakan gambar atau poster.
2)      Lalu siswa diminta untuk mengamati gambar dengan seksama.
3)      Setelah itu satu persatu atau perwakilan siswa diminta untuk mengomentari dan menilai gambar tersebut.

Teknik Call on The Next Speaker dalam pembelajaran berguna untuk mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar. Teknik ini member kesempatan kepada setiap siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dikuasainya berkenaan dengan pelajaran.
Prosedur pelaksaan teknik call on the next speaker adalah sebagai beriku;
1)      Guru membagikan kertas untuk membut pertanyaan kepada siswa.
2)      Setelah para siswa selesai membuat pertanyaan kemudian guru mengambilnya dan membagikannya kembali secara acak
3)      Selanjutnya guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab dengan waktu terbatas
4)      Siswa tadi (pada poin 3) menunjuk siswa yang lain untuk melanjutkan, begitu seterusnya.

·         INDEX CARD MATCH

Index Card Match (Mencocokkan kartu indeks) adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Teknik Index Card Match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karenacara ini dikemas seperti sebuah permainan. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan cara ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Metode ini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata-kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya, atau soal dengan jawabannya, dan sebagainya. Metode ini bisa dikatakan sebuah permainan yang menyenangkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya dengan cocok (pertanyaan dan jawaban) dengan melibatkan fisik.
1)      Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
2)      Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3)      Pada separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang   akan dipelajari.Setiap kartu berisi satu pertanyaan.
4)      Pada separuh kartu yang lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5)      Guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
6)      Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7)      Guru meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8)       Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya.
9)      Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·         Model Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

·         Pendekatan pembelajaran merupakan cara memandang kegiatan pembelajarar Sehingga memudahkan bagi guru untuk pengelolaannya dan bagi peserta didikan dan memperoleh kemudahan belajar.

·         Metode pembelajaran merupakan cara yang memungkinkan peserta didik menperoleh kemudahan dalam' rangka mempelajar i /membahas bahan ajar yang disampaikan oleh guru sebagai sarana mewujudkan tercapai kompetensi.

·         Strategi pembelajaran merupakan langkah-langkah kegiatan( syntax) atau prosedur yang digunakan dalam penyajian bahan ajar untuk mencapai tujuan,kompetensi yang diharapkan. Suatu strategi digunakan untuk melaksanakan metode-metode pembelajaran.

·         Teknik merupakan keragaman dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar( setting tertentu,seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah serta kemampuan dan kesiapan peserta didik.





DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, M., dkk. '1989. Panduan Kegiatan Diskusi Dalam Proses Belajar Mengajar
Malang: ProyekP 3TKl KlP Malang

Azwar, Saifuddin. 1997. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Joni, T. Raka. 1991. Strategi Belajar Mengajar : Acuan Konseptual Pengelolaan
Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.


PPPG IPS dan PMP. 2002. Pendekatand an Metade Pembelajaran Bahan Penataran
lnstruktur Guru IPS dan PPKn .Malang : PPPG IPS dan PMP.

Rianto,M . 2002. Pendekatan dan MetodeP embelajaran. Malang: PPPG IPS dan PMP
Malang

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: San Grafika


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Call On the next speaker sumbernya dari mana ya?

Posting Komentar