RSS

MAMFAAT RADIOAKTIF

A. Bidang Kedokteran
1) Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional (menggunakan bahan kimia), yaitu:
a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin
tercemar bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit penyakit.
2) Terapi tumor atau kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.

B.Bidang Hidrologi.
 
1.Mempelajari kecepatan aliran sungai. 
2.Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah. 

C. Bidang Biologis
 
1. Mempelajari kesetimbangan dinamis. 
2. Mempelajari reaksi pengesteran. 
3. Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.

D. Bidang pertanian. 

1. Pemberantasan hama dengan teknik jantan mandul, contoh : Hama kubis
2. Pemuliaan tanaman/pembentukan bibit unggul, contoh : Padi
3. Penyimpanan makanan sehingga tidak dapat bertunas, contoh : kentang dan bawang

1) Pemberantasan homo dengan teknik jantan mandul
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan jantan mandul dilepas. Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi.
2) Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.
3) Penyimpanan makanan
Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika disimpan lama akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu. Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.

E. Bidang lndustri
Untuk mempelajari pengaruh oli dan afditif pada mesin selama mesin bekerja digunakan suatu isotop sebagai perunut, Dalam hal ini, piston, ring dan komponen lain dari mesin ditandai dengan isotop radioaktif dari bahan yang sama.
1) Pemeriksaan tanpa merusak.
Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini berdasarkan sifat bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah logam merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang berongga itu film akan lebih hitam,
2) Mengontrol ketebalan bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detector akan berkurang dan mekanisme alat akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
3) Pengawetan hahan
Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti kayu, barang-barang seni dan lain-lain. Radiasi juga dapat menningkatkan mutu tekstil karena inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu penyerapan warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis yang aman sehingga dapat disimpan lebih lama.

F. Bidang Arkeologi 

Menentukan umur fosil dengan C-1 ke dalam suatu sistem untukmempelajari sistem itu, baik sistern fisika, kimia maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan senyawa itu dapat dipantau.




HUKUM OHM


Hukum Ohm
Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air yang mengalir pada suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara arus listrik, tegangan. dan hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854) seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan hukum Ohm.
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:



Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat). Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada rangkaian yang
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.


USAHA

PENGERTIAN USAHA

Usaha adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga benda tersebut mengalami perpindahan. Jika gaya dilambangkan dengan F dan perpindahan dengan s maka secara matematika Usaha dapat dituliskan menjadi

W = F.s
dimana : W = Usaha (Joule)
F = Gaya (N)
s = Perpindahan (m)

Kata – kata usaha sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tapi pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak sama persis dengan pengertian usaha dalam fisika. Tetapi jika kita menggunakan ilmu makna maka pengertiannya akan sama.
Usaha dalam kehidupan sehari – hari merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bila kita perhatikan dengan seksama maka ketika orang mencari uang dia juga mengeluarkan gaya / energi dan untuk mendapatkan uang dia harus melakukan perpindahan / bergerak, dari sini maka pengertian usaha dalam kehidupan dengan di fisika hampir sama.
Selain pengertian di atas jika dihubungkan dengan energi maka Usaha dapat didefinisikan sebagai Besarnya perubahan energi yang digunakan, sehingga selain persamaan diatas Usaha juga dapat dirumuskan :
W = ΔE
Sedangkan Energi itu ada bermacam -  macam. Sebagai contoh energi potensial, kinetik, dan mekanik. Sehingga Usaha juga dapat dihitung dengan menggunakan perubahan energi potensial, kinetik atau mekanik.
USAHA OLEH GAYA YANG MEMBENTUK SUDUT

Persamaan diatas (W = F.s) itu hanya berlaku jika gaya yang berkerja segaris dan searah dengan perpindahan. Jika gaya yang bekerja membentuk sudut terhadap perpindahan maka persamaan tersebut tidak dapat digunakan. Akan dapat digunakan jika kita menambahkan cos θ dalam persamaan tersebut. Dimana θ adalah besar sudut antara gaya terhadap perpindahan.
Hasil akhir persamaannya menjadi :
W = Fcos θ.s
Perhatikan gambar di bawah ini



USAHA BERNILAI NOL (TIDAK MELAKUKAN USAHA)

Tidak semua gaya yang sudah bekerja dikatakan melalukan usaha atau semua benda yang berpindah telah dikenai usaha. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas, berikut ini peristiwa yang usahanya bernilai nol
·         Gaya penyebab ada tetapi tidak ada perpindahan. F tidak sama dengan nol dan s sama dengan nol, contohnya adalah ketika kita mendorong tembok. Walaupun kita sudah mengeluarkan gaya tetapi tembok tidak berpindah maka kita dikatakan tidak melakukan usaha.
·         Gaya penyebab tidak ada tetapi terjadi perpindahan. Contohnya adalah ketika kita bermain sky dan kita sedang ber GLB maka resultan gayanya sama dengan nol tetapi kita mengalami perpindahan. Kejadian ini juga tergolong usaha bernilai nol atau kita dikatakan tidak melakukan usaha.
·         Gaya dan perpindahan membentuk sudut 90 derajat. Contohnya ketika kita menenteng tas dan berjalan maju, sudut yang dibentuk gaya penyebab dengan perpindahan yang dihasilkan adalah 90 derajat. Jika kita masukkan kedalam persamaan gaya yang membentuk sudut maka akan kita peroleh hasil Usaha sama dengan nol atau kita dikatakan tidak melakukan usaha.
                                        
Latihan soal
1.      Jelaskan pengertian usaha yang terjadi pada benda bergerak karena gaya !
2.      Balok kayu yang berada diatas permukaan kasar ditarik dengan gaya F seperti
gambar dibawah, sehingga bergeser sejauh S :

 
  
       tuliskan persamaan usaha yang terjadi serta lengkapi satuan dari besaran-besaran tersebut!

Gerhana Bulan Dan Gerhana Matahari


Dalam peredarannya suatu ketika bulan, bumi, dan matahari akan berada pada satu garis lurus. Pada saat seperti itu terjadi gerhana.

Gerhana Matahari

Gerhana matahari terjadi pada waktu bulan berada di antara bumi dan matahari, yaitu pada waktu bulan mati, dan bayang-bayang bulan yang berbentuk kerucut menutupi permukaan bumi.
Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra adalah bagian yang agak terang dan bentuknya makin jauh dari bulan semakin lebar.

Daerah yang berada dalam liputan umbra akan mengalami gerhana matahari total, sedangkan yang berada dalam liputan penumbra mengalami gerhana matahari sebagian. Pada gerhana matahari total akan tampak cahaya korona matahari yang bentuknya seperti mahkota dan semburan gas dari permukaan matahari yang berwarna lebih merah.




Gerhana Bulan


Gerhana bulan terjadi pada waktu bumi berada di antara bulan dan matahari, yaitu pada waktu bulan purnama dan bayang-bayang bumi menutup permukan bulan. Gerhana bulan dapat terlihat jelas kalau bulan tertutup oleh bayang-bayang umbra. Dalam peredaran mengelilingi bumi, ada kalanya bulan bergerak ke tengah-tengah daerah bayang-bayang umbra, sehingga bisa lebih dari dua jam berada dalam kegelapan. Dalam keadaan demikian terjadilah gerhana bulan total.

Ada kalanya bulan hanya lewat dibagian tepi bayang-bayang umbra, sehingga permukaannya yang menjadi gelap hanya sebagian saja. Pada saat seperti ini yang terlihat adalah gerhana bulan sebagian.




Macam-macam Gerhana bulan

Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana, Gerhana bulan dapat dibedakan menjadi:

1. Gerhana bulan Total

Jika saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.

2. Gerhana bulan Sebagian

Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan sebagian.

3. Gerhana bulan Penumbral Total

Pada Gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, Gerhana bulannya kita namakan Gerhana bulan penumbral total.

4. Gerhana bulan Penumbral Sebagian

Dan Gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka Gerhana bulan tersebut dinamakan Gerhana bulan penumbral sebagian.
Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada Gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

Sedangkan berdasarkan bentuknya, ada tiga tipe Gerhana bulan, yaitu:

1.      Tipe t, atau Gerhana bulan total. Disini, bulan masuk seluruhnya ke dalam kerucut umbra bumi.
2.      Tipe p, atau Gerhana bulan parsial, ketika hanya sebagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.
3.      Tipe pen, atau Gerhana bulan penumbra, ketika bulan masuk ke dalam kerucut penumbra, tetapi tidak ada bagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.




OBAT TRADISIONAL UNTUK MENGHILANGKAN PENYAKIT SESAK NAFAS



Penyakit sesak nafas seringkali menyerang orang-orang yang sudah lanjut usianya. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit yang sukar untuk disembuhkan dan sewaktu-waktu bisa kambuh, terutama pada saat musim dingin tiba.
Sedemikian menyiksanya gangguan sesak nafas ini, hingga menyebabkan badan penderita jadi kurus kering dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan yang berat-berat. Dan adalah tindakan yang sangat terpuji apabila Anda mempunyai seorang tua yang menderita penyakit ini lalu berusaha untuk menoiongnya dengan menggunakan cara seperti tersebut di bawah ini:
1. Ambil kira-kira 10 batang serai, Anda cuci hingga bersih kemudian rebuslah dengan      menggunakan 2 gelas air.
2. Sebelum mendidih, campurkan ke dalamnya gula merah secukupnya.
3. Dan bila sudah mendidih, jangan diangkat dulu akan tetapi tunggulah sampai airnya tinggal 1 gelas.
4. Setelah itu Anda angkat dari perapian dan dinginkan, kemudian disaring.
5. Minumlah air saringan tersebut kepada penderita sesak napas setiap hari 1 kali, yaitu pada tiap-tiap pagi sebelum makan apa-apa. Dengan cara ini, Insya Allah napas yang sesak akan jadi longgar.


Pendekatan Interdisipliner dan Multidisipliner

Pendekatan Interdisipliner dan Multidisipliner


Pendekatan Interdisipliner  adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.
Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah tangga” yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya dengan salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak putus asa, tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar pengeluaran dari pada pendapatan.
Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas “Pemerintah” yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM (bahan bakar minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat kebijakan tersebut tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya masyarakat awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil), dan sejahterakan masyarakat.

Pendekatan Multidisipliner  adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakanberbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan. Jadi dalam pemecahan masalah ekonomi dengan menggunakan ilmuilmu lainnya yang relevan.
Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas.  banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara kita Indonesia, yang sulit untuk dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin berkembangnya Negara semakin banyak kemiskinan. Dan juga di Indonesia semakin banyak penduduk dan semakin banyak tingkat kelahiran di setiap tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk di Indonesia, masalahnya semakin banyak warga Negara Indonesia semakin berkurang sumber daya Alamnya sehingga menjadi tidak seimbang,antara kebutuhan dan manusiannya.
Dari sudut ilmu psikologi, Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia. Contohnya seperti di karawang secara psikologis apabila sudah panen beras, maka dalam penggunaan uangnya secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan keperluan, itupun menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan kemiskinan, cara memecahkan masalahnya yaitu dengan Rasional, Hemat, jangan boros, mengguanakan uang seperlunya.
Dari sudut ILmu politik, Ilmu politik adalah cara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaannya, dalam permasalahan ekonominya, pemerintah tidak  jarang membangun kantor baru, membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka pemerintah telah berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat, sehingga itulah salah satu faktor dari ilmu politik yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, solusinya yaitu dengan merubah perilaku pemerintah yang tadinya berlaku konsumtif menjadi rasional/hemat.
Dari sudut Ilmu sosiologi, Ilmu sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya seperti dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi, karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai pendidikannya,lalu memprioritaskan pendidikannya.


Pemecahan Masalah Kemiskinan Melalui Pendekatan Multidisipliner dan Interdisipliner

Masalah kemiskinan, merupakan tema ”peka” untuk dibicarakan, tetapi juga dianggap masalah sementara yang akan terpecahkan  dengan adanya pembangunan ekonomi. Para pakar ilmu sosial mempunyai perhatian besar terhadap rumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional (makro) yang apabila berhasil akan dapat mengeyahkan kemiskinan dengan sendirinya. Yang perlu adalah pendekatan interdisipliner untuk mengadakan penelitian, yang kemudian menyusun rekomendasi terpadu untuk mengatasinya. Email Salim(1982) menyebutkan, kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, dan motivasi fundamental  dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. 

A. Interdisipliner
Pada umumnya, kemiskinan disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu kita perlu memahami inti pokok dari “struktur” yakni realisasi hubungan antara subjek dan objek, dan antara subjek-subjek komponen yang merupakan bagian dari suatu sistem. Permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen(subjek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem. Karena itu perlu adanya pembangunan ekonomi untuk mengendalikan hal tersebut. Pembangunan  ekonomi merupakansuatuprosesevolusi.

Demikian selanjutnya, dalam  pembangunan ekonomi,berusaha memunculkan  beberapa pola pandangan untuk upaya  mengatasi dan mengendalikan fenomena  kemiskinan yang merupakan “tema peka” dan masalah sentral. Beberapa pola pandangan ini mencoba mengatasi kelemahan dari teori-teori yang telah ada sebelumnya.  Pertama, pendekatan  ekologi, misalnya saja, ialah mempercepat pembangunan, juga disertai kebijaksanaan tegas dalam memelihara sumber-alam untuk generasi yang akan datang. Kedua, teori sumber dayayang mendorong intensivitas modal yang dimilki. Dalam teori ini, meningkatkan  mutu sumber daya manusia dipandang  sebagai kunci pembangunan yang menjamin kemajuan ekonomi dan kesetabilan sosial, misalnya saja konsep pengembangan usaha wiraswasta.  Ketiga,mulai dari yang paling dibutuhkan.  Pendekatan ini  berusaha mengatasi kecenderungan “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin,” jadi perlu mendahulukan mereka yang  paling membutuhkan pertolongan. Pembangunan tidak dimulai dari barang tetapi mulai dari manusia yakni dengan pendidikan,organisasi, dan disiplinnya yang tinggi.  Keempat,pemerataan dan pertumbuhan. Strategi ini tidak hanya melihat variabel ekonomi, tetapi mencakup variabel politik, sosial dan kultural. Keenam, mencukupi kebutuhan yang orientasinya selain pemenuhan kebutuhan pokok sanadang, pangan, dan papan , tetapi juga pemenuhan kebut uhan lainnya. Konsep  kebutuhan dasar harus  ditempatkan dalam keseluruhan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa(Deklarasi ILO:1976). Terakhir,mengurangi ketergantungan yang orientasinya “kedalam” sebagai pengganti strategi yang berorientasi “keluar”, dan impor dalam pembangunannya.Mengurangi ketergantungan  terhadap negara lain, hal ini untuk upaya membebaskan diri dari dominansi negara asing. 

Kemiskinan sebagai akibat pola relasi segala bidang sosial, politik, kultur, dan bersama-sama bidang ekonomi. Semuanya merupakan subsistem kemasyarakatan, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.  Maka untuk mengendalikan segala akibat dari kaitan srtuktural ilmu pengetahuan, teknologi, dan  kemiskinan tersebut perlu dilakukan pengendalian dengan asas moral , etika, serta ajaran agama, sehingga  untuk mengetahui apa yang harus dan apa yang jangan dilakukan, dengan counter play sejati yang bersifat normatif dan transenden, yaitu Tuhan. 

B.  Multidisipliner

Kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya dibahas dari generasi ke generasi. Apalagi pascakrisis moneter dan ekonomi yang meningkatkan jumlah penduduk miskin di Indonesia secara cukup drastis. Membahas masalah kemiskinan secara multidimensi, yang merupakan cara pandang yang digunakan dalam pendekatan pembangunan sosial, yaitu melihat permasalahan dari dimensi mikro, mezzo maupun makro. Strategi tersebut juga meliputi strategi untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui perubahan yang dilakukan pada dimensi makro, mezzo dan mikro, seperti telah diuraikan sebelumnya.

Mesjid Megah di Dunia













Resep & Cara Membuat Cake Pisang Coklat




Cake Pisang Coklat merupakan salah satu varian rasa dari Cake Pisang itu sendiri, dan hari ini kami akan memberikan Resep Masakan tentang bagaimana cara membuat cake pisang coklat agar terasa lebih legit dan lebih enak dibanding cake pisang coklat lainnya. Baiklah, berikut Resep Cake Pisang Coklat Legit dari kami, selamat mencoba.

Bahan – Bahan yang dibutuhkan untuk membuat Cake Pisang Coklat :
- 3 buah (400 g) pisang Ambon tua, haluskan
- 60 ml minyak sayur
- 200 ml susu segar
- 1 butir telur
- ½ sdt vanili bubuk

Bahan Pemanis :
- 280 g tepung terigu
- 2 sdm cokelat bubuk
- 100 g gula pasir halus
- ½ sdt garam

Taburan :
- 150 g chocolate button

Jika semua bahan diatas sudah terkumpul, ikuti langkah-langkah cara membuat cake pisang coklat legit dibawah ini :

1. Pertama, Semir loyang loaf 20x10x8 cm dengan margarin lalu taburi tepung terigu.
2. Kedua, Campur pisang halus dengan minyak, susu dan vanili hingga rata. Sisihkan.
3. Kemudian Aduk campuran pisang dengan campuran terigu hingga rata.
4. Setelah itu Masukkan chocolate button, aduk rata.
5. Tuang adonan ke dalam loyang lalu ratakan.
6. langkah selanjutnya, Panggang dalam oven panas 180 C selama 30 menit hingga matang.
7. Terakhir Angkat, dinginkan.

Hanya dengan 7 langkah saja anda bisa menyajikan Cake Pisang Coklat Legit untuk keluarga atau rekan anda di rumah, bagaimana ? Tertarik kan? Selamat mencoba ya, dan jika ada yang kurang bisa di tanyakan lewat kolom komentar dibawah, semoga berhasil.


Resep & Cara Membuat Puding






Resep Cara Membuat Aneka Puding - Kali ini kita akan membuat resep puding susu capucino. Puding susu capucino seringkali menjadi makanan penutup di restoran-restoran berkelas. Sekarang anda dapat membuatnya sendiri dirumah menggunakan resep puding susu capucino dibawah ini. Rasanya yang lembut dan lezat menambah istimewa perjamuan makan anda.
Bahan Puding Susu Capucino:
Bahan A:
  • 400 ml susu cair
  • 2 sachet (50 gram) capucino bubuk
  • 1 bungkus agar- agar bubuk
  • 50 gram gula pasir
  • 3 putih telur
  • ¼ sendok the garam
  • 30 gram gulapasir
  • 8 buah biscuit oreo, dibuang krimnya
Bahan B:
  • 250 ml air
  • 1 sendok teh kopi instan
  • 50 gram gula pasir
  • 3 gram ( 1 ½ sendok teh) agar- agar bubuk
Bahan C:
  • 400 ml susu cair
  • ½ bungkus agar- agar bubuk
  • 1 bungkus ( 25 gram) capucino bubuk
  • 35 gram gula pasir  * ¼ sendok teh pasta moka
Cara Membuat Puding Susu Capucino:
  1. Bahan A: rebus susu cair, capucino bubuk, agar- agar, dan gula pasir sambil diaduk samapi mendidih.
  2. Kocok putih telur dan garam sampai setengah mengembang. Tambahkan gula pasir sedikit- sedikit sampbil dikocok sampai mengembang.
  3. Masukkan rebusan pudding sedikit- sedikit sambil dikocok sampai rata.
  4. Tuang di Loyang tulban bermotif diameter 22 cm tinggi 9 cm. biarkan setengah beku. Tata biscuit oreo sedikit menumpuk.
  5. Bahan B: rebus air, kopi, gula pasir, dan agar- agar  sambil diaduk sampai mendidih. Tuang sedikit- sedikit di atas biscuit oreo. Biarkan setengah beku.
  6. Bahan C: rebus susu cair, agar- agar bubuk, capucino bubuk, pasta moka, dan gula pasir sambil diaduk samapi mendidih.
  7. Tuang di atas bahan B. bekukan.


Sumber : http://resepkue.biz

MAKALAH PERKEMBANGAN AFEKTIF PESERTA DIDIK


MAKALAH PERKEMBANGAN AFEKTIF
PESERTA DIDIK

                                        

                                             Disusun:         
                            Eka Puspa Cahya Nengsih                 (A1C312025)
                            Renny Saputri                                   (A1C312008)
                            Siska Cemulia                                    (A1C312035)
                            Wina Nurita                                       (A1C312037)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


                                                                                                                                  BAB I
PENDAHULUAN
1.1  A. Latar Belakang
Kehidupan seseorang pada umunya penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapi atau memiliki sesuatu.Sebarapa banyak dorongan-dorongan dan minat-minat yang dimilikinya meruapakan dasar pengalamn emosionalnya. Perjalanan kehidupan sesorang tidak sama. Keinginan dan minat yang berbeda-beda dimiliki oleh setiap individu menurut pola hidupnya masing-masing. Selain itu jalan atau cara yang dilakukan untuk memwujudkan minat dan keinginan yang didorong oleh emosional itu berbeda satu sama lain.
Seseorang yang pola kehidupannya berlangsung mulus, di mana dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan atau minatnya dapat terpenuhi atau dapat berhasil dicapai, karena cenderung memiliki perkembangan emosi yang stabil dan dengan demikian dapat menikmati hidupnya. Hal itu juga didukung dengan nilai, sikap dan moral yang ke arah positif. Sedangkan bagi pola kehidupan yang tidak berlangsung dengan mulus atau terdapat hambatan yang membuatnya tidak terlalu menikmati hidupnya, karena emosionalnya tidak stabil. Sehingga nilai, moral dan sikapnya terkadang cenderung ke arah negatif.
Hubungan antara emosional dengan nilai, moral dan sikap adalah dorongan emosional dapat mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Karena itu, seseorang  individu dalam merespon sesuatu lebih banyak dia arahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Penjelasan di atas menjelaskan tentang bagaimana keterkaitan emosioanal pada tingkah laku yang akan dilakukan. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan emosional, makalah ini akan membahas bagaimana perkembangan emosional dan keterkaitan antara nilai, sikap dan moral yang mencangkup pada makalah yang berjudul “Perkembangan Afektif”.


1.2  B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana perkembangan emosi, serta pengembangan nilai, moral dan sikap itu sendiri.





1.3 C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. a. Menjelaskan pengertian emosi
b. Menjelaskan karakteristik perkembangan emosi
c. Menjelasakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
d. Menjelaskan hubungan antara emosi dan tingkah laku.
e.  Menjelaskan perbedaan individu dalam perkembangan emosi.
f. Memberi contoh upaya pengembangan emosi remaja dalam penyelenggaraan pendidikan.
      2.   a. Menjelaskan pengertian nilai, moral, dan sikap
b. Menjelaskan saling keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap, serta pengaruhnya terhadap tingkah lakunya.
c. Menjelaskan karakteristik nilai, moral, dan sikap remaja.
d. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap.
e. Menjelaskan perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap.
f. Memberi contoh upaya-upaya pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja dalam penyelanggaraan pendidikan.

1.4  D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari emosi, nilai, moral dan sikap.
  2. Dapat menjelaskankan karakteristiknya masing-masing
  3. Serta dapat memahami apa itu perkembangan afektif.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Emosi
1. Pengertian Emosi
Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mnyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang lemah tau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afetif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan tersebut disebut emosi (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan seneng atau tidak seneng, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cintah, marah, takut, cemas dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi; contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah sebagai berikut :
“ An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior”.
Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain berupa ;
a). Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona.
b). Peredaran darah: bertambah vepat bilda marah.
c). Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut.
d). Pernapasan : bernaps panjang kalau kecewa.
e). Pupil mata : membesar bila marah.
f). Liur : mengering kalau takut atau tegang.
g). Bulu roma : berdiri kalau takut.
h). Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang.
i). Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor).
j). Komposisi darah : kmposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2. Karakteristik Perkembangan Emosional.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan keterangan emosional sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.Pola emosi remaja adalah sama dengan  pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah : cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut, dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah kepentingan adalah penting (Jersild, 1957:133). Untuk selanjutnya berikut ini dibahas beberapa kondisi emosional sebagai berikut:
a.Cinta/Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk memberinya.Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
b. Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku problema lain yang memantul-mantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan  baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
c. Keamarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembanagn kepribadian. Pertama, diantara emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah segala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntunnannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Mendekati saat mencapai remaja, dia telah melalui banyak fase dalam perkembangan emosional, antara lain dalam kaitannya dengan perbuatan marah dan cara menyatakan kemarahan itu. Kondisi-kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama , tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional. Banyaknya hambatan berpengaruh pada kehidupan emosional remaja. Tetapi rasa marah tersebut terus akan berlanjut pemunculannya apabila minat-mintanya, rencana-rencananya dan tindakan-tindakannya dirintangi.
Dalam upaya memahami remaja, ada 4 faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah,yaitu sebagai berikut:
1). Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk  memiliki dirinya sendiri. Meskipun marah sering kali tamapak tolol dan tidak terkendali namun rasa marah akan terus berlanjut sepanjang ada kehidupan dan sangat berfungsi sebagai usaha individu untuk menjadi seorang pribadi sesuai dengan haknya. Selama masa remaja, fungsi marah terutama untuk melindungi haknya untuk menjadi bebas atau independen, dan menjamin hubungan antara dirinya dan pihak lain yang berkuasa.
2). Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak akan merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadai surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap dimana sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi sisa kemarahan masa lalu. Sikap-sikap permusuhan berbentuk dendam, kesediahan, prasangka atau kecendrungan untuk merasa tersiksa. Sikap-sikap permusuhan dapat juga tampak dalam suatu kecendrungan utnuk menjadi curiga dan keengganan atau menganggap bahwa orang lain tidak bersahabat dan mempunyai motif yang jelek. Sikap-sikap permusuhan mungkin tampak dalam cara-cara yang bersifat pura-pura. Remaja bukannya menampakan kemarahan langsung tetapi remaja lebih menunjukan keinginan yang terbesar. Contoh dalam kampanye politk, seorang remaja mungkin menyanyikan lagu kebanggaan dari seorang calon, padahal sebenarnya ia bersifat bermusuhan terhadap calon tersebut tetapi sifatnya itu ditekan.
3).Seringkali perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan. Contohnya : jika seorang anak laki-laki yang mempunyai latar belakang kecemburuan dan sikap-sikap permusuhan yang tidak terselesaikan terhadap saudara perempuannya dan terhadap gadis-gadis pada umumnya, akhirnya dia mempunyai kebiasaan untuk menarik gadis-gadis hanya untuk menunjukan perolehannya terhadap gadis-gadis yang jatuh hati padanya.
4). Kemarahan mungkin terbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan aspek yang sangat penting dan juga paling sulit dipahami.
 d. Ketakutan Dan Kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami seringkali perkembangna panjang yang mempengauhi pasang surut berkenan dengan rasa ketakutannya. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan tidak menentu.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional ramaja menjadi dua rentang usia yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun:
1). Pada usia seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.
2). Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3). Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4). Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnyarasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka mengetahuinya.
5). Siswa-siwa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
Ciri-ciri emosional remaja usia 15 – 18 tahun :
1). “Pembentrokan” remaja merupakan pertanyaan-pertanyaan/ ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
2). Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka. Mereka mungkin mengharapkan simpati dan nasihat orang tua dan guru.
3). Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960;266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Metoda belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain adalah :
  1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
3.      Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4.      Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.


5.      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Mendekati berakhirnya usia remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional yang lebih tenang yang mewarnai pasang surut kehidupannya, ia juga telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukkan mungkin merupakan selubung bagi yang disembunyikan Kondisi-kondisi kehidupan atau kulturlah yang menyebabkan ia merasa perlu menyembunyikan perasaan-perasaannya.  Kenyataan bahwa para remaja kadang-kadang tidak mengetahui perasaan mereka atau tidak mampu menghayati perasaan mereka.
Orang tua dan guru-guru hendaknya menyadari bahwa perubahan ekspresi yang tampak ini tidak berarti bahwa emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan anak muda. Ia tatap membutuhkan perangsang-parangsang yang memadai untuk pengembangan-pengembangan pengalaman emosional. Karena anak tumbuh dalam kekuatan fisik dan pemahaman, responnya berbeda terhadap apa yang sebelumnya dianggap sebagai ancaman atau rintangan cita-citanya. Ia pada akhirnya perlu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang sedang terjadi padanya.

4. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang gagap seringkali relative dapat normal dalam berbicara, apabila mereka dalam keadaan relaks atau senang. Bila dia dihadapkan kepada situasi-situasi yang menyebabkan ia kebingungan, dapat terjadi ia akan menunjukkan ketidak normalan dalam bicara. Sikap – sikap takut, malu – malu atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi-situasi tertentu. Justru karena reaksi kita berbeda-beda terhadap setiap oarnag yang kita jumpai, mak jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu-individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.
Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa disebabkan sesuatu yang terjadi pada anak sehubungan dengan situasi kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menghapal bahan pelajaran di muka kelas, pada kesempatan lain ia mungkin takut untuk berpartisipasi dalam kegiatam nemnghapal. Akibatnya ia mungkin memutuskan untuk membolos, atau mungkin ia melakukan kegiatan yang lebih jelek lagi yaitu melarikan diri dari semuanya itu, dari orangtuanya, guru-gurunya, atau dari otoritas-otoritas lain. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Faktor-faktor afektif dalam pengalaman individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang dipelajari. Seorang anak di sekolah akan belajar lebih efektif bila ia termotivasi, karena ia merasa perlu belajar. Sekali hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari. Jika telah ada rasa senang karena berhasil mencapai prestasi, hal ini akan mengurangi rasa akan kelelahan.
Motivasi untuk belajar akan membantu individu dalam memusatkan perhatian pada apa yang ia sedang kerjakan dan dengan cara itu berarti ia akan memperoleh kepuasan. Karena reaksi setiap pelajar tidak sama, rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan demikian, rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.
5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi terdapat perbedaan dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macam emosi, dan juga saat pemunculannya. Perbedaan ini sudah mulai terlihat sebelum masa bayi berakhir dan semakin bertambah frekuensinya serta lebih mencolok sehubungan dengan bertambahnya usia anak-anak.
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.


6. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat minta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi kelas, tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan/meningkatkan pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orangtua dalam keperluan-keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan dari saat dia tidak mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia harus lepas dari orangtuanya agar ia menjadi orang dewasa yang mandiri, sehingga adanya konflik dengan orangtua tidak dapat dihindari. Apabila terjadi friksi semacam ini, para remaja mungkin merasa bersalah, yang selanjutnya dapt memperbesar jurang antara dia dengan orangtuanya.
Seorang siswa yang merasa bingung terhadap rantau peristiwa tersebut mungkin merasa perlu menceritakan penderitaannya, termasuk mungkin rahasia-rahasia pribadinya kepada orang lain. Karena itu seorang guru diminta untuk berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang simpatik. Siswa sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah. Misalnya seks, konflik dengan orangtua, dan apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah ia tamat sekolah. Salah satu persoalan yang paling membingungkan yang dihadapi oleh guru ialah bagaimana menghadapi siswa yang hanya mempunyai kecakapan terbatas tetapi yang selalu memimpikan kejayaan. Seorang guru tidak ingin membuat mereka putus asa, tetapi jika ia mendorong siswa tersebut.
B.     Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
1. pengertian dan saling keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku.
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988:5). Sopan santun,adat, dan kebiasaan serta niali-niai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang manjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga Negara dengan sesame warga Negara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang termasuk dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, antara lain :
1)      mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia,
2)      mengembangkan sikap tenggang rasa, dan
3)      tidak semena-mena terhadap rang lain, berani membala kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Dalam kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengalaman nilai hidup : tenggang rasa, dalam perilakunya eseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain, tidak “semau gue”. Dia dapat membedakan tindakan yang benar dan yang salah.
Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Dalam hal ini aliran psikoanalisis tidak membeda-bedakan antara moral,norma, dan nilai (Sarlito, 1991:91). Semua konsep itu menurut freud menyatu dalam konsepnya tentang superego yang merupkan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.
Sedangkan, menurut Gerug, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal (Mappiare, 1982:58).sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai. Dengan kata lain nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.


2. karakteristik nilai, moral, dan sikap remaja
Michel meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja (Hurlock alih bahasa Istiwidayanti dan kawan-kawan, 1980: 225) sebagai berikut :
1)      pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2)      Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominant.
3)      Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4)      Penilaian moral mrnjadi kurang egosentris.
5)      Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan badan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.
Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984:252), kehidupan moral merupakan problematic yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting.
Dari hasil  penyelidikan-penyelidikannya Kohlberg mengemukakan enam tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat :
Tingkat I ; prokonvensional, yang terdiri dari stadium 1 dan 2
Pada stadium 1,anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkanya. Anak hnya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa di ganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.
Pada stadium 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahapan ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi, ada relativisme. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik). Misalnya mencuri ayam karena kelaparan. Karena perbuatan ”mencuri” untuk memenuhi kebutuhannya (lapar), maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu sendiri diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman.


Tingkat II : konvensional
Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber yang sangat menentukan, apakah perbuatan seorang baik atau tidak. Menjadi ”anak yang manis” masih sangat penting dalam stadium ini.
Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.
Tingkat III : pasca-konvensional
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial karena sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan membeikan perlindungan kepadanya.
Originalitas remaja juga tampak dalam hal ini. Pertama, remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi. Meskipun disini kata hati sudah mulai berbicara, namun penilaian-penilaiannya masih belum timbul dari kata hati yang sudah betul-betul diinternalisasi, yang seringkali tampak dalam sikap yang kaku.
Stadium 6, tahap ini disebut prinsip univesal. Pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang dengan masyarakaatnya ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik. Subjektivisme ini berarti ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Tingkat perkembangan moral pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.
Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai (Monk’s, 1984: 257). Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-nilai ini akan tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.


3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, Dan Sikap
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model.bagi anak-anak usia 12 dan 16 tahun, gambaran-gambaran ideal yang diidentifikasi adalah orang-orang dewasa yang simpatik,teman-teman, orang-orang terkenal,dan hal-hal yang ideal yang diciptakan sendiri.
Menurut psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khusunya dari orang tua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpencar dalam diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkina besar tidak mampu mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat.
Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak – orang tua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para psikiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya (Salito,1992:92).
Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Dalam hal ini lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.
Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal ini yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak (Singgih G.1990:202). Anak memang berkembang melalui interaksi sosial, tetapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus dimana faktor pribadi, faktor si anak dalam membentuk aktivitas-aktivitas ikut berperan. Dalam perkembangan moral, kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang dikemukakan bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada proses penalaran yang didasarinya. Moral sifatnya penalaran menurut kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.


4. Perbedaaan Individual Dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Menurut Kohlberg, faktor kebuadayaan mempengarruhi perkembangan moral, trdapat berbagai rangsangan yag diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tempo perkembangan moral. Bukan saja mengenai cepat atau lambatnya tahap-tahap perkembangan yang dicapai. Perbedaaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaan tertentu. Pemahaman konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibangdingkan dengan sikap serta tingkah lakunya dalam kaitannya dengan tenggang rasa:
a.  Di ujung paling kiri, kita kelompok individu yang hampir-hampir atau sama sekali tidak tahu tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa.
b. Di ujung paling kanan terdapat individu yang baik pengetahuan maupun tingkah lakunya, mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.
Jadi perbedaaan-perbedaan individual dalam pemaham nilai-nilai, dan moral sebaga pendukung sikap dan perilakunya. Dan mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan sikap serta tingkah lakunya yang diharapkan padaanya.
5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Perwujudan nilai, moral, dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui seseorang dalam pengembangan nilai-nilai hidup tertentu adalah sebuah proses yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli (Surakhmad, 1980: 17). Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, sikap remaja adalah:
  1. Menciptakan Kominikasi
Mengikut sertakan, remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok. Dan remaja juga berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga dia belajar tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini idak sesuai dengan nilai atau norma-norma moral.
2.                  Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Serasi
Usaha pengembangan tingkah laku niali hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu sndiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup tersebut. Selain itu lingkungan bersifat mengajak mengajak, mengundang atau memberi kesempatan akan lebih aktif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan dan peraturan yang membatasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi juga adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Adapun beberapa kondisi emosional seperti cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan dan permusuhan, ketakutan dan kecemasan. Sedangkan pembagian ciri-ciri emosional dibagi menjadi dua menurut Biehler (1972) yaitu remaja berusia 12-15 tahun dan remaja usia 12-15 tahun. Dan faktor-faktor perkembangan emosional dipengaruhi oleh:
  1. Belajar dengan coba-coba
  2. Belajar dengan cara meniru
Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
  1. Belajar melalui pengkondisian
  2. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya, baik sebagai warga negara. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik, buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak dan sebagainya. Sikap adalah kesian bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Kterkaitan anatar lain, moral dan sikap tampak dalam pengalaman nilai-nilai.

B. Saran
Sebagai orang tua hendaklah memahami kondisi anak dan perkembangan emosional anak ketika memasukin masa remaja. Agar dapat memahami kondisi tersebut hendaklah orang mengadakan pendekatan terhadap anak tentang apa yang ia rasakan. Dan anak pun hendaklah menjadi lebih terbuka serta berusaha mengendalikan emosional pada dirinya.


DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung dan Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.